Product Architecture Innovations

SIGN UP

Cebok cebok di era Digital

Dirumah kita menambah toilet atau di Indonesia istilahnya WC (Water Closet). Di Australia dimana mana toilet paper dipergunakan untuk cebok. Untuk yang satu ini percayalah budaya kita membasuh pakai air dan sabun jauh lebih bersih dan hygienic ketimbang budaya bule. Sebanyak apapun toilet paper buat oles oles tetap saja ada yang tertinggal dan mengering disana ... hiii..

Tekanan air di Australia tinggi, sebagus apapun selang spray untuk cebok dipasang akan jebol. Ember dan gayung merusak pemandangan. Memasang reducer tekanan air dari luar butuh ijin council ribet, pilihannya memasang bidet. Bidet sekarang canggih ada sensor, pilihan air panas dingin termasuk angin pengering bokong wush wuss adem... Tapi secanggih apapun teknologi bidet yang ada dipasar saat ini kedepan akan menjadi teknologi usang. Metodenya masih merupakan metoda mekanik yang manual.

Saat ini diera digital kalau mau kreatif ada peluang banyak yang sebaiknya dikembangkan didunia pendidikan termasuk arsitektur. Contoh kecilnya diseputar teknologi cebok mencebok era digital.

Design Product.

Kedepan mass production akan bersaing dengan innovative technology, yang tidak mutlak harus dilakukan oleh industri rakasasa tok, ini membuka peluang selebarnya bagi industri kecil termasuk industri rumahan.

Hal ini sudah terjadi diindustri mobil. Teknologi mobil yang tadinya sedemikian rumit, dengan adanya mobil listrik hanya menjadi komponen utama yang jauh lebih sederhana. Karoseri badan mobil, battery, software dan mekanik roda. Sisa sisa ruang didalam mobil listrik membuka peluang bagi kreatifitas apapun yang mau diklunak klunuk kedalam mobil tersebut.

Dicontoh kecil soal bidet, akan juga membuka peluang yang sama apakah itu ide yang sederhana otomatisasi seputar green dan eco system atau bila mau kearah yang agak fancy bidet mengirimkan email atau messages reguler melaporkan BMI (body mass index) anda sudah melewati ambang batas normal, misalnya.

Design Product nantinya tidak lagi hanya monopoli pemain mass production dan big manufacturer yang mendikte standarisasi pasar global. Sebaliknya di Indonesia sebaiknya mampu mengembangkan localised industry standard yang hanya berlaku di Indonesia. Dengan populasi yang nantinya akan mencapai 300 juta manusia, Indonesia itu secara business model adalah dunia kecil tersendiri yang feasible dalam perputaran uang didalam negeri.

"Hanya ada tiga faktor utama yang perlu, kreatifitas, kreatifitas dan kreatifitas..."

R&D

Diera digital, pengembangan innovasi product jangan mengharapkan belajar dari literatur literatur yang ada. Universitas tidak perlu mengirimkan team pengajarnya keluar negeri untuk mempelajari era digital. Hari ini didunia kita semua sama sama punya kesempatan untuk bermimpi merancang sesuatu mekanisme yang belum pernah ada sebelumnya. Tidak perduli apakah itu negara maju, setengah maju atau mundur. Peluangnya sama sama terbuka selebarnya. Yang perlu kemampuan berhayal dan bermimpi, itu keahlian para arsitek dimanapun.

Kolaborasi antar disiplin keilmuan Product Design, Pengembangan materi kurikulum bahan bangunan di pendidikan Arsitektur, pendidikan Electro Arus Lemah dan IT System Architect memiliki peran penting dalam innovasi product design kedepan. Lagipula, dengan adanya teknologi 3D printer, memungkinkan penelitian product tidak lagi dalam skala dummy melainkan skala real dengan biaya yang terjangkau.

Di Indonesia ketakutan masuknya produk produk luar akibat perdagangan bebas bisa dikatakan ketakutan yang berlebihan. Kuncinya memang ada di kreatifitas, peran regulasi pemerintahan dan research dan development didunia pendidikan itu sendiri.

Semoga bermanfaat,
Monchu
IT Consultant
Melbourne, 5 April 2019

More posts