Apa Saja Desain Mesjid Yang Tidak Dapat Diakses Penyandang Disabilitas

SIGN UP

Dalam perancangan mesjid, apa saja disain yang tidak dapat diakses oeh penyandang disabilitas? Ada beberapa bagian utama dalam perancangan mesjid yaitu ; tempat meletakkan sepatu/sandal, toilet, tempat wudhu, jalur sirkulasi dari tempat wudhu ke tempat Salat, dan tempat Salat.

Setiap penyandang disabilitas mempunyai cara yang berbeda dalam mengakses ruang. Begitu juga saat mereka mengakses mesjid dan ruang –ruang yang ada di dalamnya. Pengguna kursi roda memerlukan jalur lantai yang datar untuk berpindah dari satu area ke area yang lain, jika terdapat tangga atau undakan, maka diperlukan lift dan ramp untuk mengaksesnya. Pengguna kursi roda membutuhkan ruang (space) untuk transfer (berpindah), berputar, dan mengakses ruang.

Apa yang menjadi kendala bagi penguna kursi roda ? Jumlah toilet di mesjid terbatas, dan tidak dapat diakses oleh penguna kursi roda. Bagi penguna kursi roda yang masih mandiri, mereka dapat menggunakan toilet biasa (toilet duduk), asalkan ada ruang untuk bermanuever dan pindah/transfer dari kursi roda ke toilet yang cukup.

Di tempat wudhu, harus ada tempat duduk, sehingga pengguna kursi roda dapat berpindah dari kursi roda ke tempat duduk di depan kran, dan mengambil wudhu dengan nyaman. Di beberapa tempat wudhu, ada besi untuk meletakkan kaki (untuk mencuci kaki) atau dinding bak pembuangan air wudhu yang tingginya antara 20-30 cm, yang menghalangi jangkauan penyadang disabilitas ke kran air. Seharusnya pembuangan air dirancang di bawah lantai.

Terlalu banyak tangga atau undakan dari tempat meletakkan sepatu ke toilet, dari toilet ke tempat wudhu, dari tempat wudhu ke tempat Salat, dan tidak ada ramp atau litf.

Penyandang tuna netra membutuhkan guiding (panduan) dalam mengakses ruang. Panduan dapat berupa guiding block di lantai, tali atau motif tertentu di dinding, denah toilet timbul yang dapat mereka raba untuk mengetahui keadaan di dalam toilet. Sebagian tuan netra menggunakan aplikasi be my eyes untuk mengakses ruang, untuk itu di setiap area mesjid harus mempunyai signal internet yang kuat, karena aplikasi harus online. Selalu diusakan agar tidak ada perbedaan lantai dalam rancangan mesjid, jika ada rancangan ramp lebih aman dibanding undakan atau tangga.


Papan penunjuk arah/papan informasi kurang mendapat perhatian pengurus mesjid, padahal papan penunjuk arah/informasi itu tidak hanya membantu penyandang tuna rungu/wicara, tapi membantu pengunjung yang baru pertama kali ke mesjid itu. Tuna rungu tidak mampu mendengar suara, sehingga jika ada pengumuman mereka tidak mengetahui isi pengumuman tersebut, salah satu cara agar mereka mendapatkan informasi adalah dengan membaca running text. Jika jamaah wanita ingin Salat berjamaah dan pada saat itu hanya sendiri (tidak ada jamaah wanita lain), mereka tidak akan dapat mengikuti gerakan imam. Video membantu penyandang tuna rungu mengikuti gerakan imam dan memahami apa yang disampaikan ustad pada saat berceramah, dengan cara membaca gerakan bibir.

More posts